Selasa, 02 Februari 2010

PUNYA RUMAH MAKAN/ RESORAN SENDIRI

Banyak orang menganggap memiliki restoran sendiri adalah bisnis yang menyenangkan. Ini sangat relatif. Ada yang berpendapat bahwa kita berada pada bisnis yang tepat jika kita bangun lebih pagi, lupa makan siang, pulang lebih malam, karena menyukainya, apalagi menghasilkan dengan baik. Beberapa orang membayangkan bahwa akan menyenangkan membuka restoran yang menyajikan menu favoritnya atau yang dia kuasai dengan baik bagaimana membuatnya. Mereka membayangkan suatu perpaduan sempurna antara hobby dan bisnis, mendapatkan keuntungan besar dengan mengerjakan hal yang menjadi kesenangannya.

Ternyata bagi mereka yang sudah terjun di bisnis restoran, hal di atas tidak sepenuhnya benar. Terutama bagi mereka yang sebelumnya adalah seorang karyawan (bukan pebisnis), anggapannya bahwa bisnis restoran adalah menyenangkan seringkali salah. Setelah melepaskan diri dari status sebagai karyawan, dengan tabungan secukupnya mereka membangun impiannya berbisnis restoran. Ternyata didapatinya bisnis ini tidak bisa dikatakan menyenangkan, karena mereka tidak siap dengan setumpuk pekerjaan dan tekanan dalam mengelola restoran.

Bisnis restoran adalah sebuah "Paket Kerja Keras". Di dalamnya ada panggilan jiwa, keahlian membuat menu, pengaturan prioritas kerja (multitasking), disiplin, pengetahuan pembukuan, trik-trik marketing, pengetahuan mengenai service dan masih banyak lagi hal lainnya.


Jika seseorang berpikir bahwa dengan berhenti menjadi karyawan kemudian berbisnis restoran dia akan dapat bekerja lebih santai, tentu saja ini salah. Bisnis restoran akan menuntutnya bekerja lebih keras dan lebih cerdik lagi. Bahkan bisa jadi dia harus datang sebelum karyawannya datang, menunda pulang sebelum seluruh karyawannya pulang, memutar otak membolak-balik halaman buku-buku marketing dan lain sebagainya agar bisnisnya tidak menjadi sia-sia.